Monday 4 March 2013

Jakarta Kota Kacau

Apa yang menyebabkan Jakarta kacau? Sepertinya ini pertanyaan retoris yang semua orang sudah tahu jawabannya apa. Indonesia, khususnya Jakarta kembali mendapat sorotan media asing tersohor. Saya ingin menulis betapa kacaunya Jakarta, sebenarnya tempat tinggal saya pun tidak jauh dari Jakarta, yaitu Depok. Kota yang tidak sekacau Jakarta, setidaknya kira-kira setengah bagian Depok masih hijau.  Cable News Network atau lebih dikenal dengan sebutan CNN, menempatkan Jakarta di urutan ke 7 kota-kota yang paling dibenci di dunia. Karena kondisi lingkungan yang semerawut, baik jalan maupun pemukiman warganya. CNN juga menyebutkan, Jakarta seperti durian besar. Intinya, kehidupan yang nikmat di Jakarta sangat sulit dan butuh perjuangan. Berdasarkan artikelnya, CNN menyebutkan hal yang paling dipersoalkan di Jakarta adalah kondisi lalu lintasnya, polusi, kemiskinan, dan tak ada 'pemandangan' lain selain epidemi mal.
Paling dibenci bukan berarti yang terburuk, tetapi ketika ditanya "Yang Terburuk", nama Jakarta juga disebut -__-
Banyak hal yang harus dibenahi. Sebenarnya seluruh Indonesia, tidak hanya Jakarta. Hal yang paling dibenci oleh banyak orang dari Jakarta adalah macetnya. Tak lengkap rasanya datang ke Jakarta jika belum mencicipi  kemacetan di dalamnya. Berada di sini berarti harus terbiasa berada berjam-jam di jalan. Jalan-jalan di tengah metropolitan juga jadi tantangan tersendiri. Jutaan kendaraan yang lalu lalang di Ibukota memuntahkan asap polusi yang pekat dan menyesakkan dada. Bukan hanya para pendatang, warga kota ini pun benci dengan kotanya, polusi dimana-mana.

Hal yang juga menyesakkan mata adalah kemiskinan di Jakarta. Potret kehidupan yang terlihat sangat timpang. Mal-mal besar dan rumah kumuh saling berhimpitan seakan berebut tempat. Pengemis, anak jalanan, pengamen, dan tunawisma, mudah ditemui di perempatan jalan.
Tindak kriminalitas terhadap para pendatang juga kerap dijumpai, atau bahkan sering terjadi. Kalimat "Jakarta itu Keras" sepertinya menjadi pendorong orang-orang yang mengambil kesempatan untuk menipu atau memeras orang-orang yang berlibur ke sana. Jika tidak memiliki teman warga lokal atau tidak kenal kondisi Jakarta, pendatang dari kota lain atau turis akan jadi sasaran empuk banyak pihak tidak bertanggung jawab. Bahkan hanya untuk menanyakan alamat pun terkadang mereka meminta uang terlebih dulu.
Kita pasti berpikir kalau mal-mal di Jakarta yang super megah itu akan menghilangkan rasa benci para pendatang atau turis terhadap kota ini karena 4 hal tadi, tetapi tidak! Bagi beberapa orang, mal-mal di Jakarta terlalu banyak, seperti penyakit epidemi yang terus bermunculan. Ruang terbuka hijau yang dibutuhkan kota ini menyusut entah kemana, padahal itu yang dibutuhkan sebuah kota sebagai sumber napasnya. 30% Ruang Terbuka Hijau (RTH), jika ditelusuri lebih dalam lagi, tidak sampai 30%. Ada, tetapi hanya di daerah Jakarta Selatan.

    
"Jakarta adalah kota penuh perjuangan dan penuh kejutan untuk para traveller," tulis seorang pendatang yang coba menetap di Jakarta selama enam bulan. "Dan tidak mudah menikmati itu," tambahnya. Dilansir dari CNNGO, seorang ekspat akhirnya jatuh cinta kepada Jakarta setelah 6 bulan tinggal di sini. Menurutnya, kota ini menawarkan wajah yang berbeda bagi setiap pelancong yang datang.
Banyak yang menarik sebenarnya dari kota ini, banyak tantangan bagi para planner dan calon-calon planner di Indonesia untuk membenahinya. Masalah utama adalah penduduk, urbanisasi meningkat dengan pesatnya, tetapi tidak ada penyeimbang, yaitu warga Jakarta yang keluar dari kota tersebut. Jakarta dalam pikiran siapa pun pasti punya satu arti tersendiri, dan bagaimana mengubah kota itu menjadi metropolitan yang normal pun berawal dari warga Jakarta sendiri. Apapun Jakarta dalam pikiran beribu-ribu orang, buruk atau baik, itu tetap Ibukota negara kita. "To change the city, you must change your mindset first"

No comments:

Post a Comment