Apa yang menyebabkan Jakarta kacau? Sepertinya ini pertanyaan
retoris yang semua orang sudah tahu jawabannya apa. Indonesia, khususnya
Jakarta kembali mendapat sorotan media asing tersohor. Saya ingin menulis
betapa kacaunya Jakarta, sebenarnya tempat tinggal saya pun tidak jauh dari
Jakarta, yaitu Depok. Kota yang tidak sekacau Jakarta, setidaknya kira-kira
setengah bagian Depok masih hijau. Cable
News Network atau lebih dikenal dengan sebutan CNN, menempatkan Jakarta di
urutan ke 7 kota-kota yang paling dibenci di dunia. Karena kondisi lingkungan
yang semerawut, baik jalan maupun pemukiman warganya. CNN juga menyebutkan,
Jakarta seperti durian besar. Intinya, kehidupan yang nikmat di Jakarta sangat
sulit dan butuh perjuangan. Berdasarkan artikelnya, CNN menyebutkan hal
yang paling dipersoalkan di Jakarta adalah kondisi lalu lintasnya, polusi,
kemiskinan, dan tak ada 'pemandangan' lain selain epidemi mal.
Paling
dibenci bukan berarti yang terburuk, tetapi ketika ditanya "Yang
Terburuk", nama Jakarta juga disebut -__-
Banyak hal yang harus
dibenahi. Sebenarnya seluruh Indonesia, tidak hanya Jakarta. Hal yang
paling dibenci oleh banyak orang dari Jakarta adalah macetnya. Tak lengkap
rasanya datang ke Jakarta jika belum mencicipi kemacetan di dalamnya.
Berada di sini berarti harus terbiasa berada berjam-jam di
jalan. Jalan-jalan di tengah metropolitan juga jadi tantangan tersendiri.
Jutaan kendaraan yang lalu lalang di Ibukota memuntahkan asap polusi yang pekat
dan menyesakkan dada. Bukan hanya para pendatang, warga kota ini pun benci
dengan kotanya, polusi dimana-mana.
Hal yang juga menyesakkan mata adalah kemiskinan di Jakarta.
Potret kehidupan yang terlihat sangat timpang. Mal-mal besar dan rumah kumuh
saling berhimpitan seakan berebut tempat. Pengemis, anak jalanan, pengamen, dan
tunawisma, mudah ditemui di perempatan jalan.
Tindak
kriminalitas terhadap para pendatang juga kerap dijumpai, atau bahkan sering
terjadi. Kalimat "Jakarta itu Keras" sepertinya menjadi pendorong
orang-orang yang mengambil kesempatan untuk menipu atau memeras orang-orang
yang berlibur ke sana. Jika tidak memiliki teman warga lokal atau tidak kenal
kondisi Jakarta, pendatang dari kota lain atau turis akan jadi sasaran empuk
banyak pihak tidak bertanggung jawab. Bahkan hanya untuk menanyakan alamat pun
terkadang mereka meminta uang terlebih dulu.
Kita
pasti berpikir kalau mal-mal di Jakarta yang super megah itu akan menghilangkan
rasa benci para pendatang atau turis terhadap kota ini karena 4 hal tadi,
tetapi tidak! Bagi beberapa orang, mal-mal di Jakarta terlalu banyak, seperti
penyakit epidemi yang terus bermunculan. Ruang terbuka hijau yang dibutuhkan
kota ini menyusut entah kemana, padahal itu yang dibutuhkan sebuah kota sebagai
sumber napasnya. 30% Ruang Terbuka Hijau (RTH), jika ditelusuri lebih dalam
lagi, tidak sampai 30%. Ada, tetapi hanya di daerah Jakarta Selatan.
"Jakarta adalah kota penuh perjuangan dan penuh kejutan
untuk para traveller," tulis seorang pendatang yang coba menetap di
Jakarta selama enam bulan. "Dan tidak mudah menikmati itu,"
tambahnya. Dilansir dari CNNGO, seorang ekspat akhirnya jatuh cinta kepada Jakarta
setelah 6 bulan tinggal di sini. Menurutnya, kota ini menawarkan wajah yang
berbeda bagi setiap pelancong yang datang.
Banyak
yang menarik sebenarnya dari kota ini, banyak tantangan bagi para planner dan
calon-calon planner di Indonesia untuk membenahinya. Masalah utama adalah
penduduk, urbanisasi meningkat dengan pesatnya, tetapi tidak ada penyeimbang,
yaitu warga Jakarta yang keluar dari kota tersebut. Jakarta dalam pikiran siapa
pun pasti punya satu arti tersendiri, dan bagaimana mengubah kota itu menjadi
metropolitan yang normal pun berawal dari warga Jakarta sendiri. Apapun Jakarta
dalam pikiran beribu-ribu orang, buruk atau baik, itu tetap Ibukota negara
kita. "To change the
city, you must change your mindset first"
No comments:
Post a Comment